Disuatu
sekolah tepatnya di kota Medan ada empat orang siswa yang tergila-gila dengan
game. Mereka adalah Marc, Roy, Philips, dan Felix. Walapun asyik bermain game
tapi mereka tidak lupa dengan pelajaran sekolah, mereka berempat memiliki
kelebihan dibidang mata pelajaran yang ada di sekolah. Misalnya, Marc pintar
sastra semua guru mengakuinya. Roy pintar dibidang matematika, Felix pintar
fisika dan matematika. Dan terakhir Philips dia juara satu disekolah kami
hampir semua mata pelajaran bisa dikuasai.
Selesai untuk perkenalannya kita mulai
kisah empat remaja gamers ini yang membanggakan bangsa Indonesia dan
mengibarkan sang saka merah putih di kanca internasional. Cerita merah putih
ini bermula disuatu hari yang cerah, waktu itu saya sedang iseng lihat turnamen
game di Handphoneku. Ternyata tanpa disengaja
saya melihat turnamen game yang kusenangi saat ini. Garena mengadakan turnamen
bagi pemain Point Blank diseluruh Indonesia untuk bertanding menentukan yang
terbaik di Indonesia dan bertarung ke Rusia untuk melawan player luar yang
lebih tanggung. Saya pun tertarik ingin mengikuti turnamen itu. Diturnamen dikatakan
tim harus memiliki 4 pemain untuk mengikuti. Aku pun berpikir kami cukup pemain
dan apa salahnya kalau timku mengikutinya. Setelah berpikir beberapa menit aku
membagikan informasi turnamen itu ke Roy, Philips, Felix dan mereka setuju
mengikuti turnamen itu.
Keesokan
harinya setelah pulang sekolah kami setuju untuk kumpul di markas rahasia kami
yang sudah kami janjikan kemarin malam. Sesampai di markas aku melihat ternyata
ketiga sahabatku sudah datang lebih dulu dariku dan aku malu. Tapi lupainlah
itu pikirku masih ada yang lebih penting dari rasa maluku yang ingin kukatakan
pada mereka soal turnamen kemarin yang aku bagikan. Hai geng!!!, sapaku, Geng
ada mau kukatakan pada kalian bertiga, sekarang adalah pendaftaran terakhir
untuk turnamen PBWC.
Jadi kita butuh 4 player cewek lagi untuk mengisi 4 pemain karena peraturannnya
4 pemain cewek dan 4 pemain cowok. Saya minta maaf geng aku kurang ngasih
informasi geng. Ya udah tidak apa Marc, Felix. Jadi bagaimana kita bisa
mendapatkan 4 players cewek lagi Marc, tanya Roy. Aku juga bingung dan panik Roy. Tenang aja
Marc aku kenal cewek yang juga pemain PB juga Marc, sahut Philips. Oke Philips
chat sekarang mereka biar kita daftarkan tim kita Philips soalnya 1 jam lagi
penutupan pendaftarannya, jawabku. Oke Marc, jawab Philips.
Beberapa menit kemudian Philips
mendapat balasan chat dari temannya dan kata Philips mereka menyetujuinya dan
mereka langsung mengirimkan akun PB mereka ke Philips dan aku pun langsung
mendaftarkan tim kami yang kami beri nama The Raven of Killer. Pertandingan
dimulai 2 hari lagi jadi kami masih ada waktu untuk menyusun strategi mengalahkan
lawan kami nanti dan besok pengumuman untuk menentukan lawan kami. Paginya saya
langsung membuka websitenya dan ternyata lawan kami dipenyisihan grup adalah
klan yang tahun lalu masuk ke perempat-final. Maka kami harus menyusun strategi
yang bagus. Aku langsung men-chat Philips agar menghubungan temannya agar nanti
siang ngumpul di markas untuk menyusun strategi.
Siang harinya semua sudah berkumpul di
markas untuk menyusun strategi melawan The Raid dipertandingan pertama. Kami
mempelajari permainan lawan dengan teliti. Setelah beberapa menit kami mendapat
strategi melawan The Raid.
Keesokan
harinya di tempat pertandingan saya melihat banyak sekali penonton dan gamers dari
seluruh nusantara berkumpul di satu gedung. Sebelum bertanding kami berdiskusi
dan berdoa untuk pertandingan nanti. Setelah selesai berdoa kami berdelapan
membuat sorakan yang kami yakin membuat kami semangat dan percaya diri, “Tunjukkan
identitasmu, tunjukkan kemampuanmu”. Kalimat itu aku buat semalam kukirim ke
teman-temanku kemarin, dan mereka menerimanya. Tim kami dipanggil panitia untuk
menempati komputer masing-masing.
Pertandingan
pertama kami menang dengan skor 9-7 kami sebagai teroris. Sesi kedua kami berubah
menjadi polisi sesuai peraturan. Tidak disangka ternyata mereka melemah dan
kami menang telak dengan skor 9-4. Kemenangan kami berjalan mulus terus sampai
semi-final. Disemifinal kami melawan tim juara ke-2 diturnamen PBWC tahun lalu. Kami merasa
sangat tertantang dan penasaran dengan permainan The Fire Killer.
Satu hari sebelum semi-final dimulai
kami setuju untuk berkumpul menyusun strategi di Markas. Kami semua melihat video
permainan The Fire Killer. Setelah 15 menit menonton pertandingan The Fire
Killer, Roy langsung bisa mendapatkan kelemahan The Fire Killer dan Roy
menyusun strategi yang bagus. Tapi cewek tidak ketinggalan menyusun strategi
dan strategi dibuat oleh Melanie pemain cewek yang sudah banyak menjadi penentu
kami dikemenangan kami sebelumnya. Kami setuju menggunakan kedua strategi itu
untuk melawan The Fire Killer. Setelah penyusunan strategi selesai kami bubar
dari markas dan langsung balik kerumah masing-masing.
Keesokannya setelah pulang sekolah aku
langsung berangkat ke gedung turnamen. Perjanjian semalam setelah pulang
sekolah langsung berangkat ketempat turnamen. Sesampai di tempat kami berkumpul
dan menonton semifinal pertama. Dan yang bertarung saat itu The Black Game VS
The Monters Bandung. Mengesankan sekali permainan The Monters Bandung, mereka
memenangkan 2 sesi dengan skor 9-2 dan 9-4.
Semifinal
pertama selesai timku dan tim The Fire Killer diperintahkan untuk menempati komputer
masing-masing. Sebelumnya kami berdoa dan meneriakan kalimat penyemangat kami,
“Tunjukkan identitasmu, tunjukkan kemampuanmu”. Pertandingan disesi pertama
sebagai polisi kalah dengan skor 7-9 sempat membuat turun semangat. Tapi semangat
kami adalah kalimat itu dan kami pun memenangkan sesi kedua dengan skor 9-6. Kami
mengalami kesulitan disesi ketiga karena skor kemenangan kami tipis yaitu 9-8 itu
adalah skor mimpi buruk.
Pengumuman panitia mengatakan bahwa
final akan dilaksanakan 2 jam lagi, jadi bagi kedua tim yang masuk ke final The
Raven of Killer dan The Monters Bandung. Mendengar pengumuman itu kami langsung
menyusun strategi. Dan mereka setuju dengan strategiku yang sudah kususun
kemarin malam. Setelah 2 jam berlalu kami langsung menempati komputer kami.
Pertandingan sesi pertama dan kedua kami sengit dengan skor 9-8 dan 8-9. Dan
sesi ketiga sesi yang membuat tim kami hampir pasrah karena aku dan roy yang
tersisa melawan 4 pemain The Monters Bandung. Pada akhirnya kami memenangkan
turnamen dengan skor 9-8. Tembakan kemenangan diciptakan olehku sendiri,
tembakan sniper dari senjata mematikan di PB yaitu Tactittle. Tembakan yang membuatku
dapat mengubah dan mengukir masa depan karya anak bangsa dikanca Internasional.
kubuat sebuah kalimat dari hatiku, “Saya merah putih, akan kubawa identitas
bangsaku dikenal di dunia dan dengan karya anak bangsa yang baru akan mengibarkan
sang saka merah putih dimata dunia. Sang Saka Merah Putih Kibarkanlah Elokmu
!!!